TUNGGAL BERITA
Saat ini dunia pendidikan sedang gencar mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan di abad 21, yaitu literasi sains peserta didik. Kondisi tersebut merupakan dampak dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat harus diimbangi dengan pemahaman siswa tentang bagaimana berinteraksi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya setiap peserta didik harus mampu bertindak bijaksana dan beradaptasi terhadap ilmu pengetahuan, lingkungan, masyarakat dan teknologi.
Respon terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di negara-negara maju memunculkan upaya-upaya di dunia pendidikan untuk menjamin setiap peserta didik mempunyai literasi sains. Menekankan bahwa keterampilan membaca sains sangat penting bagi siswa.
Pentingnya membaca sains bagi siswa karena dapat mendorong siswa untuk memahami lingkungan, kesehatan, ekonomi dan banyak masalah lain yang dihadapi masyarakat modern, dan masyarakat modern tidak lepas dari pemanfaatan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Rendahnya mutu pendidikan yang dihasilkan di Indonesia membuat pemerintah melakukan revisi kurikulum. Melalui perubahan Kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka diharapkan dapat meningkatkan literasi sains peserta didik di Indonesia. Guru harus mampu menangkap visi kurikulum merdeka untuk mewujudkan peserta didik yang berliterasi sains melalui pembelajaran sains.
Pembekalan yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik dianggap penting karena sudah konsep, gagasan dan proses harus melingkup dalam tataran implementasi.
Guru harus dapat mulai memperbaiki cara menyampaikan materinya selama ini. Konsep sains harus digunakan melalui pembelajaran yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Perubahan cara mengajar guru menjadi solusi sentral dalam memperbaiki kualitas literasi sains peserta didik. Perbaikan terhadap kualitas mengajar tentunya harus disadari keseluruhan guru yang melihat tertinggalnya literasi sains peserta didik secara nasional.
Untuk itu, saya mengambil ide untuk menjadikan komik sebagai out put dari hasil pembelajaran. Siapa yang tidak suka dengan komik? Sebagian besar anak SD menyukai komik karena gambarnya menarik selain itu tulisan pada komik singkat dan menggunakan bahasa sehari-hari sehingga tidak membosankan. Dengan komik anak-anak akan merasa senang karena mereka menyusun pengetahuan mereka dalam bentuk komik yang mereka ciptakan sendiri.
Minat baca komik di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, menggunakan komik untuk pembelajaran akan memotivasi siswa.
Penggunaan komik sebagai media pembelajaran sangat efektif. Berdasarkan wawancara dan umpan balik yang diberikan oleh siswa sangat positif dan efektif. Minat belajar siswa kelas rendah terhadap sains meningkat setelah menggunakan komik sebagai outputnya. Mereka sangat antusias dalam belajar sains di kelas. Komik seolah-olah menjadi magnet dalam belajar sains. Selama pembelajaran, mereka menunjukkan kebahagiaan dalam belajar sains. Selain itu kelas menjadi interaktif, karena mereka saling menunjukkan hasil komik sains mereka. Mereka juga bisa saling memberi umpan balik kepada temannya. Semua imajinasi mereka tuangkan dalam bentuk gambar sains.
Dengan demikian pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan dan bermakna. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, saya tertarik untuk mengembangkan komik sebagai media dan out put dalam pembelajaran sains di Sekolah Dasar.
Saya ingin menghilangkan kesan bahwa literasi sains membosankan, yang biasanya hanya mengacu pada hafalan buku dan catatan. Dengan media komik ini diharapkan siswa dapat mempelajari materi dengan lebih mudah dan menyenangkan. Tidak hanya berhenti di situ, dengan adanya komik ini pembelajaran akan lebih bermakna dan membangun imajinasi siswa dalam berliterasi. ***