Menumbuhkembangkan Sikap Zero Waste Pada Siswa Sejak Dini

TUNGGAL BERITA

Menumbuhkembangkan Sikap Zero Waste
Pada Siswa Sejak Dini

Oleh: Ratna Putri Widjayanti dan Dr. Agus Suprijono, M.Si

Permasalahan sampah yang kian hari semakin memprihatinkan ini terlihat dari gaya hidup masyarakat yang semakin modern. Hal tersebut membawa dampak yang besar dengan menghasilkan sampah semakin banyak dan kompleks. Sampah yang dianggap sepele ternyata memiliki dampak yang luar biasa sehingga seiring berjalannya waktu sampah sangat membahayakan kehidupan manusia. Hal ini disebabkan perilaku dan karakter masyarakat yang masih kurang peduli akan bahaya sampah, terlihat dari banyaknya sampah yang masih berserakan di tepi jalan. Terlihat pula dari banyaknya kita temui perilaku masyarakat yang membuang sampah dari atas motor atau mobil ketika mengendarai kendaraan. Sampah juga ditemui di pemukiman penduduk, pusat perbelanjaan terutama pasar tradisional bahkan lingkungan kantor dan sekolah terlihat berserakan dibuang tidak pada tempatnya. Ketiga hal itu, menunjukkan bahwa masyarakat masih kurang peduli terhadap sampah.

Program Zero Waste sangat perlu dilakukan untuk menangani permasalahan sampah ini. Istilah Zero Waste diambil dalam bahasa Inggris yang artinya nol sampah, kemudian diperluas maknanya menjadi tidak ada atau bebas sampah. Dengan menerapkan program Zero Waste diharapkan dapat mengubah perilaku hidup sehat dan bersih menuju sekolah sehat. Menggerakkan sekolah menjadi sadar lingkungan dan menjadi karakter yang melekat di masing-masing individu sekolah khususnya siswa. Menjalankan program ini merupakan hal yang tidak mudah seperti membalikkan tangan. Akan tetapi, dengan usaha penuh semangat maka secara perlahan warga sekolah menyadari pentingnya kebersihan. Mengelola sampah dengan benar adalah satu cara penting untuk menjaga lingkungan kita tetap bersih dan sehat.

 

Kegiatan sekolah tentang Zero Waste sudah diprogramkan. Program Zero Waste yang sudah ditetapkan dalam kurikulum sekolah yaitu gerakan nol sampah. Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recyle) merupakan salah cara yang efektif untuk mengelola sampah. Prinsip ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan memanfaatkan kembali sampah yang di daur ulang. Gerakan nol sampah dilakukan dengan mensosialisasikan pada seluruh warga sekolah dengan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recyle) di dalam mengelola sampah.

Pertama, prinsip Reduce (mengurangi) berarti kita harus berusaha mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan barang-barang yang tidak diperlukan, seperti kantong plastik sekali pakai, botol air minum, dan kemasan makanan sekali pakai. Contoh penerapan Reduse di sekolah dapat dilakukan dengan membawa botol minum (tumbler), tempat makan ke sekolah. Penggunaan tumbler dan tempat makan ini untuk meminimalasir sampah plastik di sekolah. Bagi anak-anak yang membeli makanan di kantin yang menggunakan pembungkus makanan dan minuman kemasan plastik harus dibawa pulang dengan memasukkan ke dalam tas mereka masing-masing untuk dibuang di rumah. Jadi sampah plastik dibuang di luar sekolah.

Kedua, Reuse (menggunakan ulang) menggunakan kembali barang-barang atau bahan yang masih digunakan setelah pemakaian awalnya. Contoh termasuk mengisi ulang botol air minum, mendaur ulang kemasan, atau mendonasikan barang-barang bekas yang masih berfungsi daripada membeli baru. Penerapan di sekolah dengan mengajak siswa menggunakan botol bekas sebagai pot tanaman dan membuat pagar pojok baca dari kaleng nutrisi.

Ketiga, Recyle (mendaur ulang). Proses mengubah bahan-bahan bekas menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali. Ini melibatkan pengumpulan pemprosesan, dan pemurnian limbah untuk menghasilkan produk baru. Mendaur ulang membantu mengurangi penggunaan sumber daya alam yang langka dan mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Penerapannya di sekolah mengolah bahan bekas sedotan plastik menjadi bunga lavender, membuat tempat pensil dari botol minum kemasan. Selain mendaur ulang sampah plastik (anorganik) juga mendaur ulang sampah organik yaitu dengan memanfaatkan limbah kulit bawang putih untuk dijadikan bunga dan dijadikan bouget bunga dengan menggunakan kertas koran sebagai bahan pembungkusnya.

Prinsip 3R dapat diterapkan oleh setiap siswa di kehidupan sehari-hari. Kita dapat memulai dengan memperhatikan jenis sampah yang dihasilkan dan memilih cara yang tepat untuk mengolahnya misalnya, dengan memisahkan sampah organik dan sampah anorganik. (sampah yang dapat didaur ulang), kita dapat memudahkan proses pengelolaan sampah.

Pada program Out Bound yang dilakukan oleh kelas 3 dan 4 ynag dilaksanakan di Bernah de Vallei di Pacet Mojokerto yang didampingi oleh Tim Leader dan guru. Kegiatan out bond menyatu dengan alam dan kerja sama tim dalam mewujudkan cita-cita dalam setiap kegiatan permainan yang diberikan. Saat berlangsungnya kegiatan ada edukasi dalam pemilihan sampah organik dan sampah anorganik. Selain itu Tim Leader juga menyampaikan kepada seluruh peserta Out Bound untuk memelihara dan menjaga kebersihan lingkungan. Tidak meninggalkan sampah dengan di akhir kegiatan dengan membuang sampah bekas sampah bekas makan siang pada kantong tempat sampah yang sudah disediakan, sehingga di akhir kegiatan tidak meninggalkan sampah sembarangan. Dengan kegiatan ini diharapkan siswa semakin mencintai dan mensyukuri nikmat Tuhan akan alam yang indah sehingga harus menjaganya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu di sekolah dalam penerapannya dalam memilah sampah organik dan anorganik yaitu dengan membuang sampah sesuai warna pada tempat sampah tersebut. Tong sampah berwarna merah untuk tempat membuang sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), seperti sampah beling, kaca gelas bening, bekas detergen, obat nyamuk dll. Dengan adanya tempat sampah ini agar mempermudah pemanfaatanya sebagai kerajinan daur ulang atau di daur ulang di pabrik. Tempat sampah berwarna kuning sebagai tempat sampah anorganik seperti plastik bekas, gelas bekas air mineral kemasan jenis plastik dll. Dengan adanya tempat sampah ini agar mempermudah pemanfaatanya sebagai kerajinan daur ulang atau di daur ulang di pabrik. Tempat sampah warna hijau untuk sampah organik yang dijadikan bahan pupuk kompos seperti daun-daunan, bekas sayuran, dll. Adanya tempat ini dapat mempercepat pembuatan kompos karena sudah dipisahkan dengan anorganik maupun B3.

Dengan menerapkan prinsip 3R, kita dapat membantu menjaga lingkungan kita tetap bersih dan sehat. Dalam mengelola sampah, prinsip 3R memang sangat penting untuk dijadikan acuan. Namun penerapnnya harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Dengan demikan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi generasi yang akan datang.

Pentingnya Zero Waste ditanamkan sejak dini tentunya akan membawa dampak perilaku siswa akan peduli terhadap lingkungannya terutama dalam pengelolaan sampah yang begitu besar manfaatnya baik untuk siswa itu sendiri dan warga sekolah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *